Lebih takut ke virus ? mending perbanyak ibadah dan mohon ampun.

 

Lebih takut ke virus ? mending perbanyak ibadah dan mohon ampun.

21/Maret/2020

·         Sebagaimana dalam Q.S At- Taghabun ayat 11 “tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang melainkan dengan izin ALLAH” artinya segala sesuatu yang terjadi pada manusia tidak ada yang kebetulan dan semuanya akan terjadi dengan izin ALLAH maka yang harus kita lakukan yaitu kembali kepada-Nya. Setelah kita berserah diri dengan sepenuhnya kepada ALLAH maka lankah selanjutnya yan harus kita lakukan yaitu menghindari/ menjauhi segala sesuatu yang sudah dilarang contohnya tidak keluar dan mendatangi daerah yang tertimpa penyakit tersebut (ikhtiar).

·         Wawasan kita harus luas dan pandai memilah berita-berita yang beredar.

·         Dengan adanya wabah penyakit ini menyadarkan kita tentang kebesaran ALLAH, bahwa ALLAH tidak akan mentakdirkan sesuatu tampa dikehendakinya dan akan menimpa siapa saja yang sudah dikehendakinya-Nya. Harusnya dengan menyebarnya virus ini menambahkan keimanan kita serta membuat kita lebih muhasabah diri/evaluasi diri kita dengan cara bertaubat akan dosa-dosa yang telah kita perbuat, menambah waktu kita untuk terus mendekatkan diri kita kepada ALLAH.

·         Apapun yang menimpa kita dimuka bumi ini pasti akan melahirkan hikmah yang luar biasa untuk kita semua. Dan hikmah ini pasti akan melahirkan bertambahnya ketakwaan kita kepada ALLAH. Dengan adanya musibah ini kita semakin tawakal kepada ALLAH karna memang pada dasarnya segala sesuatu yang terjadi itu sudah ada dalam genggaman ALLAH.

·         Ada atau tidaknya virus corona ini kematian itu akan tetap terjadi jika ALLAH sudah menghendaki, kita harus percaya bahwa virus corona ini hanya perantara bagi kita untuk berjumpa dengan kematian. Karna sesungguhnya kematian itu sangat dekat dengan kita maka yang harus kita lakukan pada saat ini yaitu persiapkan bekal sebanyak-banyaknya menuju kematian ini.

·         Memohon perlindungan dengan sepenuh hati kepada ALLAH, terus bentengi diri dengan doa-doa yang telah dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

·         Keluarnya fatwa para ulama mengenai anjuran untuk tidak melakukan sholat berjamaah  bukan karna kita takut kepada virus corona ini melainkan bentuk ikhtiar kita untuk menghindari penyebaran virus ini dan hal ini juga diambil dari contoh yang pernah terjadi pada masa sahabat dulu.

 

𝙎𝙚𝙝𝙚𝙗𝙖𝙩 𝙐𝙢𝙖𝙧 𝙠𝙖𝙝 𝙄𝙢𝙖𝙣 𝙆𝙞𝙩𝙖?

Ijinkan saya berimajinasi. Andaikan saja Umar bin Khattab radhiallahu anhu hadir saat ini, bisa jadi perasaannya campur aduk: geram, kecewa, juga sedih. Bayangkan. Begitu banyak pesan datang soal corona. Isinya seakan membenturkan agama dan sains. Sholeh dan tidak Sholeh. Beriman dan tidak beriman.

Simak beberapa di antaranya:

"Ayooo ramaikan masjid. Virus Corona itu tentara Allah. Dengan ke masjid dia akan tunduk."

"Mati itu urusan Allah. Buat apa kita sholat di rumah. Justru harus ke masjid."

"Mengapa kita takut kepada virus Corona. Harusnya lebih takut kepada Allah. Ga perlu kita di rumah terus."

"Dengan wudhu dan doa kita akan terhindar dari corona."

"Kalau sudah takdir ya takdir aja kita mati. Ga usah lebay soal Corona."

Saya teringat kisah Umar bin Khattab radhiallahu anhu pada 18 H. Saat itu, Umar radhiallahu anhu    melakukan perjalanan dari Madinah menuju Syam. Di perbatasan masuk wilayah Syam rombongan berhenti.

Abu Ubaidah bin Al Jarrah radhiallahu anhu, Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menjemput dan menyambut rombongan Khalifah.

Kala itu, Syam tengah tertimpa wabah tha'un, sebuah penyakit menular. Benjolan muncul di seluruh tubuh yang akhirnya pecah dan mengakibatkan pendarahan.

Umar bermusyawarah dan meminta saran kepada sahabat muhajirin, anshar, dan orang-orang yang ikut dalam peristiwa Fathu Makkah. Apakah akan melanjutkan perjalanan masuk ke Syam atau kembali ke Madinah? Perbedaan pendapat terjadi.

Abu Ubaidah radhiallahu anhu menginginkan agar mereka masuk ke Syam.

"Mengapa engkau lari dari takdir Allah Subhanahu Wataala? " Tanya Abu Ubaidah kepada Umar.

Lalu Umar  radhiallahu anhu  menyanggahnya dan mengatakan,"Jika kamu punya kambing dan ada dua lahan yang subur dan yang kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah. Sesungguhnya dengan kami pulang, kami hanya berpindah dari takdir yang satu ke takdir yang lain."

Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf radhiallahu anhu mengucapkan hadist Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam..

"Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada di daerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya." (HR. Bukhari & Muslim) Akhirnya, Umar dan rombongan kembali ke Madinah. Sementara itu, Abu Ubaidah radhiallahu anhu ,tetap ingin hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya. Sampai akhirnya Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat-sahabat mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena wabah tersebut.Total sekitar 20 ribu orang meninggal dunia. Hampir separuh penduduk Syam ketika itu.

Umar, sosok yang keimanannya tak perlu diragukan lagi, memilih untuk tidak masuk ke Syam. Padahal, dengan bekal keimanannya, beliau orang yang paling pantas berkata:

"Saya tak takut masuk Syam. Wabah Tha'un itu ciptaan Allah. Kalau sudah takdir ya pasti juga akan mati. Karena itu saya tetap akan masuk Syam."

Tapi nyatanya Umar radhiallahu anhu tak melakukan itu. Beliau justru membuat analogi cerdas saat berdialog dengan Abu Ubaidah radhiallahu anhu . Dan di ujung kalimatnya, terucap kata-kata indah: "Sesungguhnya dengan kami pulang, kami hanya berpindah dari takdir yang satu ke takdir yang lain."

Plisss...iman kita belum sekuat Umar radhiallahu anhu.Namun, sikap dan perilaku kita terlihat melebihi keimanan Umar radhiallahu anhu   Menantang virus dan yakin akan mengatasinya.

Sudah sekhusyuk Umarkah saat kita sholat?

Sudah serajin Umarkah kita sholat berjamaah di masjid?

Sudah sedekat Umarkah kita dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam?

Sudah sekuat Umarkah iman kita?

Bukankah Umar radhiallahu anhu yang sedemikian kuat imannya saja masih berikhtiar menghindari takdir. Lalu kita yang keimanannya tak ada seujung kuku, begitu percaya diri membuat pernyataan-pernyataan di atas.

Ikhtiar, doa dan tawakal. Begitu rumus seorang muslim dalam menjalani hidup. Bukan hanya doa lalu tawakal.

Bersyukur, Umar radhiallahu anhu tak hadir saat ini.

Wallahua'lam bishshowab.