DAKWAH DUA UTUSAN | BEDAH SIROH LDK BHi 2020


Setelah nabi Musa menikah dengan salah satu putri nabi Syu’aib yang bernama Safura. 10 tahun berlalu, Musa mendapat didikan mengenal dunia dan akhirat, Musa menjadi manusia yang kuat secara fisik, mental dan spiritualnya. Musa mulai merindukan Mesir. Dengan pertimbangan matang, akhirnya Musa memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya dengan mengajak keluarganya.

Di tengah perjalanan, sekitar gunung Thursina, cuaca tidak bersahabat. Keadaan gelap gulita. Musa sekeluarga tersesat. Mereka semua menggigil kedinginan. Saat memohon bimbingan Allah SWT, Musa melihat cahaya terang benderang di gunung itu. Musa meminta keluarganya tetap di tempat. Ia hendak mencari api untuk menghangatkan keluarganya. Setiba di dekat sumber cahaya, Musa berhenti. Tubuhnya tidak kedinginan lagi, tapi ia malah menggigil. Tiba-tiba Musa tersungkur ke tanah. Apakah gerangan yang dialami Musa?
inilah perjalanan yang dilalui nabi musa As. Menuju kampung Halamannya tempat Ia dilahirkan dan dibesarkan.

DAKWAH DUA UTUSAN

Ternyata api itu ada di salah satu lembah gunung Thursina. Setiba di tempat api, Musa mendengar suara menyerunya musa menggigil. Ia tidak kedinginan. Namun ada yang membuat bulu kuduknya berdiri.

“Hai Musa, sesungguhnya Aku ini Rabbmu. Tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa”.

Musa melepaskan alas kakinya, kemudian tersungkur ke tanah. Ia tak pernah menyangka akan berbicara langsung dengan Allah, Sang Maha Pencipta.

Dalam pertemuan itu, Musa ditasbihkan menjadi seorang nabi. Allah kemudian memerintahkan Nabi Musa a.s. untuk menemui Fir’aun yang sombong dan zalim. Namun Nabi Musa a.s. sempat merasa ragu. Akhirnya Allah memberinya bekal. Tongkat Nabi Musa a.s. berubah menjadi ular, perasaan terkejut dan takutnya menjadi satu.

“Peganglah ular itu dan jangan takut. Aku akan mengembalikannya kepada keadaan semula. Lalu kepitkanlah tanganmu di ketiak. Niscaya tanganmu akan mengeluarkan cahaya putih cemerlang tanpa cacat sebagai mukjizat” lanjut Allah berfirman.

Nabi Musa a.s. segera menemui saudaranya Harun, menyampaikan kabar bahwa dirinya telah menjadi utusan Allah dan diperintahkan untuk mengajak Fir’aun menyembah Allah SWT. Dan Harun diperintahkan Allah untuk menemaninya menghadap Fir’aun. Di hadapan Fir’aun Nabi Musa a.s. menunjukkan dua mukjizatnya, melihat itu semua Fir’aun tetap saja sombong. Fir’aun dan para pendukungnya bersepakat mengumpulkan penyihir dari seluruh negeri. Pada waktu yang telah ditetapkan, Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. harus adu kepandaian dengan para penyihir-penyihir undangan Fir’aun itu.

FIR’AUN TETAP INGKAR.

Para penyihir yang terkenal hebat dan Nabi Musa a.s. sudah berhadap-hadapan. Suasana di istana senyap, tak seorang pun berani mengeluarkan suara.

“wahai Musa! Engkaulah yang akan melempar lebih dahulu, atau kami yang melemparkan?” tanya penyihir.
“Lemparkanlah lebih dahulu,” kata Nabi musa a.s.

Para penyihir melemparkan tongkat-tongkat dan tali. Seketika berubah menjadi ular yang buas dan liar. Orang-orang ketakutan, namun kemudian mereka sadar bahwa ular itu hanyalah sihir. Fir’aun tertawa terbahak-bahak. Dia yakin penyihirnya akan mengalahkan Nabi Musa a.s. suasana ramai sekali.

Nabi Musa a.s. mengacungkan tongkatnya ke udara, kemudian melemparkan tongkat ke tengah-tengah ular-ular sihir. Tongkat Nabi Musa a.s. menjelma menjadi ular yang sangat besar dan memakan ular-ular buatan para penyihir. Suasana yang tadinya ramai mendadak senyap, mereka tidak menyangka ular Nabi Musa a.s. melahap semua ular sihir. Para penyihir undangan Fir’aun menjatuhkan diri, bersujud di depan Nabi Musa a.s.

“Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam, yaitu Tuhannya Musa dan Harun,” kata mereka.
Fir’aun marah besar dan akan memotong tangan dan kaki bersilang, kemudian menyalib para penyihir tersebut. Namun mereka tidak takut, karena mereka akan kembali kepada Tuhan. Mereka meyakini, apa yang baru saja diperlihatkan Nabi Musa a.s. bukan sekedar sihir. Mereka pergi meninggalkan Fir’aun. Kebenaran Nabi Musa a.s. terbukti sudah, namun Fir’aun dan pengikutnya tetap ingkar. Malah para pemuka kaum Fir’aun itu menghasut rajanya.
Ini sebuah pilihan besar dan berat yang sangat menentukan..
Fir’aun segera mengungkapkan rencananya. Ia akan menghabisi nyawa setiap laki-laki kaum Nabi Musa a.s. dan membiarkan wanita saja tetap hidup. Apakah rencana Fir’aun

itu terlaksana? Bagaimana Nabi Musa a.s. menghadapi rencana Fir’aun itu?

DOA NABI MUSA A.S. DAN AZAB ALLAH SWT.
Fir’aun sangat marah karena Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. menyebabkan para tukang sihir mengikuti mereka.

“seluruh perintahku harus dilaksanakan, binasakan juga Musa!” tambah Fir’aun di depan para penasehat kerajaan.

Allah Maha Pelindung. Semua tindakan yang bertujuan melemahkan dan menghabisi Bani Israil tidak berhasil. Mendapati kenyataan itu, Fir’aun semakin berang. Dengan lantang, Fir’aun menantang Nabi Musa a.s. dan Allah SWT. Atas sikap Fir’aun tsb, serta rasa prihatin melihat habis pengikutnya, Nabi Musa a.s. berdoa kepada Allah SWT.

“Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau telah memberikan kepada Fir’aun dan pemuka- pemuka kaumnya, perhiasan dan harta kekayaan dalam dunia..ya Rabb kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka. Sungguh mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.”

Sang Nabi telah mengangkat kedua tangannya dan memohon pada Tuhan yang Maha berkuasa Rabbul 'Alamiin.

Allah SWT mendengar doa Nabi Musa a.s. turunlah musim kemarau yang sangat panjang. Allah SWT juga mengirimkan topan badai, belalang, beragam kutu, katak dan darah segar yang membuat air dan sungai Nil tidak dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Mirip-mirip dengan kejadian yang kemarin-kemarin baru terjadi dibeberapa negara. Itulah pertanda kalau manusia sudah berbuat melampaui batas. Astagfirullah wa atubu ilaihi.
Fir’aun dan pengikutnya sangat menderita sekali dan memohon agar dihentikan musibah yang terus-menerus datang tsb. Mereka berjanji akan beriman kepada Nabi Musa a.s. dan membiarkan Bani Israil mengikuti Nabi Musa a.s. Azab tersebut hilang atas kehendak Allah SWT. Namun tetap saja Fir’aun dan pengikutnya kafir bahkan kembali memusuhi Nabi Musa a.s. mereka juga menganiaya bani Israil.

Berhati-hatilah, akhwatifillah. Terkadang kita sering kali seperti firaun ini. Saat ujian datang kita bertobat dan berjanji akan menjadi lebih baik. Tapi saat ujian itu diangkat apakah kita akan menepati janji dan adzam kita? Bisa kita tanyakan pada diri masing- masing.

Akhirnya melalui perenungan yang mendalam dan tiada putus meminta bimbingan Allah SWT. Allah SWT memerintahkan Nabi Musa a.s. dan Bani Israil untuk keluar dari Mesir. Rencana kepergian segera dilakukan, Nabi Musa a.s. meminta mereka untuk membawa keluarga dan ternaknya.

Rombongan kaum Bani Israil mengular panjang. Sekian hari mereka mengarungi padang pasir yang luas. Mereka tidak pernah tahu tujuan Nabi Musa a.s., kemana Nabi Musa a.s. akan membawa mereka. Akhirnya, Nabi Musa a.s. dan kaumnya telah tiba di sisi Laut Merah. Mereka memutuskan untuk beristirahat disana.

Di Mesir, Fir’aun dalam kemarahan yang memuncak. Ia baru menyadari kaum Bani Israil telah mengosongkan Mesir. Ia memerintahkan pasukannya untuk segera mengejar Nabi Musa a.s. dan kaumnya. Ia sendiri yang memimpin pasukan besarnya itu. Kaum Bani Israil mulai menyadari Fir’aun dan pasukannya mengejar saat kepulan debu dari derap kuda pasukan Fir’aun di kejauhan. Mereka panik.
”Bagaimana ini? di depan kita lautan luas, di belakang ada Fir’aun!”.
Inilah detik-detik menegangkan, yang juga harus menjadi pembelajaran buat kita...
Nabi Musa a.s. tetap tenang dan tawakal, sampai kemudian mendapatkan perintah
“pukulkanlah tongkatmu ke lautan di depanmu!” demikianlah Allah SWT memerintahkan Nabi Musa a.s.

Nabi Musa a.s. memukulkan tongkatnya. Seketika laut Merah terbelah menjadi 12 belahan. Setiap belahan itu lebih besar dan tinggi dari gunung yang besar. Di antara belahan air laut itu, terbentang dasar laut yang mengering. Setiap kabilah dari Bani Israil yang jumlahnya 12 segera menyeberang.
Ketika mereka mendekati tepian di seberang lautan, Fir’aun dan rombongannya ikut bergerak cepat. Mereka menyusul Nabi Musa a.s. dan rombongan. Fir’aun bahkan dengan sombong menyatakan bahwa terbelahnya laut tersebut karena kekuasaannya. Rasa cemas dan takut kembali menghampiri Bani Israil. Nabi Musa a.s. mendapat petunjuk dari Allah SWT. Nabi Musa a.s. dan Bani Israil menanti Fir’aun dan bala tentaranya turun semua ke dasar laut.

Ketika Fir’aun dan rombongannya tiba di tengah laut, air kembali menutupi jalur yang terbuka. Fir’aun dan rombongannya pun tenggelam ditelan lautan. Detik-detik terakhir menjelang kematiannya, Fir’aun sempat berkata,

“Aku percaya bahwa tiada Tuhan melainkan yang diimani oleh Bani Israil. Dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri kepada Allah.”
Pernyataan tobat Fir’aun dijawab Allah, “apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal

sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini, Kami akan selamatkan badanmu, supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, dan sesungguhnya, kebanyakan dari manusia itu lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”

Taubat Fir’aun ditolak Allah SWT. Peristiwa ini menjadi pelajaran, sesungguhnya manusia tidak boleh sombong. Bani Israil pun akhirnya percaya, Fir’aun adalah manusia biasa.
Perjalanan Nabi Musa dan Nabi Harun tak hanya untuk mendakwahi firaun masih ada tugas membersamai dan membimbing Bani Isra'il yang ternyata juga bukan tugas yang mudah. Allah Maha Tahu kepada siapa Tugas Dakwah akan diembankan.

Pertanyaannya untuk kita masing-masing. Apakah kita akan mengambil bagian dari tugas dakwah? Seberapa besar porsi yang kita sanggupi? Apakah kita mampu? Bagaimana cara memampukan diri memikul beban dakwah yang tak ringan dalam kondisi saat ini?

Notulensi Bedah Siroh LDK Bhi 2020
Materi siroh: Nabi Musa Alaihiwassalam
Rujukan siroh: buku 24 Nabi dan Rasul teladan utama dari SDI
Pemateri : Dini Harisandi, S.Pt.